R.A. Kosasih |
Hei-ho
pembaca cergamonastery! Kali ini rubrik Flashback
cergamonastery akan menghadirkan profil singkat dari salah satu figur terkenal
perkomikan kita, R.A. Kosasih.
Siapapun
yang berkecimpung dan mengikuti perkomikan Indonesia dan dibesarkan di era 50-60an, pasti pernah mendengar
nama R.A. Kosasih. Kakek satu cucu bernama lengkap Raden Ahmad Kosasih ini
lahir di Bogor, 4 April 1919, ia adalah seorang penulis dan penggambar komik
termasyhur dari Indonesia. Sejak muda sudah gemar menonton wayang golek
sehingga karya-karyanya sering kali berhubungan dengan kesusastraan Hindu
seperti Ramayana dan Mahabharata, dan sastra tradisional Indonesia, terutama
dari sastra Jawa dan Sunda. Selain itu beliau juga menggambar beberapa komik
silat yang memiliki pengaruh Tionghoa, namun tidak terlalu banyak.
Karya pertamanya adalah Sri Asih (penerbit Melodie, Bandung 1954). Lalu badai protes melanda, Komik dihujat karena dianggap produk murahan dan berakibat buruk bagi anak-anak. Kosasih tergerak untuk membuat komik cerita rakyat yang berisi pesan moral. Hingga akhirnya saya mencoba membuat komik wayang Burisrawa Merindukan Bulan. Kosasih kemudian aktif meneliti dokumen dan mulai mencipta komik epos besar yang berasal dari India seperti Ramayana dan Mahabharata.
Kemahiran Kosasih patut diacungi jempol, dimana ia mampu menyajikan kisah mahabhrata dalam bahasa pop yang mudah dimengerti, dan dari segi artistik, detail dari mahkota, pakaian, kereta, istana, dan landscape disajikan dengan sederhana namun apik.
Namun karya RA Kosasih tidak luput dari kekurangan. Cerita asli karangan beliau tidaklah cukup mumpuni bertanding dengan karya saduran wayangnya. Tema yang kurang berbobot serta penokohan karakter yang kurang dalam, membuat karyanya seperti Cempaka, Siti Gahara, dan lainnya hanya dikenal penggemar fanatik. Kosasih mulai menggambar pada tahun 1953l alu ia mulai berhenti dan pensiun pada tahun 1993 karena faktor usia.
Kemudian generasi komik masa kini menganggapnya sebagai Bapak Komik Indonesia. RA Kosasih bukanlah komikus pertama negeri Pertiwi. Sebelumnya sudah ada Kho Wan Gie dan Nasroen AS. Karir nya pun sezaman dengan Delsy Sjamsumar, John Lo, Taguan Hardjo, dan Zam Nuldyn. Namun RA Kosasih lebih dikenal luas di masyarakat, karena kelihaiannya menyadur sastra kelas berat menjadi produk cergam yang mudah dinikmati, serta ia menginspirasi banyak pemuda untuk mengikuti jalan keprofesian cergamis. Beliau bukan hanya dianggap perintis, tapi juga inspirator bagi cergamis dari generasi kegenerasi, karena itulah tidak heran namanya kemudian diabadikan sebagai nama award untuk cergam oleh Festival KONDE (Komik Indonesia Satu Dekade).
0 komentar:
Post a Comment