Jumpa kembali di rubrik flashback, kali
ini kita akan bernostalagia dengan Put On. Mungkin di generasi muda
sekarang hanya beberapa orang yang tahu Put On ini.
Put On |
Nama Put On berasal dari kata Bun An,
yang artinya hiperaktif. Dan nama itu adalah atas saran Ang Jan Goan,
Direktur Harian Sin Po saat itu. Si Put On adalah seorang yang selalu ingin
jadi pahlawan, sok tau dan merasa bisa melakukan segala hal, tapi akhirnya
hanya akan mendapat celaka sebagai akibatnya. Ia memiliki sifat yang mirip
dengan Tie Pat Kai (Siluman Babi), yang artinya ya doyan makan, tukang
tidur, dan maunya selalu dekat-dekat sama perempuan cantik.
Dalam kisah-kisah Si Put On, yang
menggambarkan suasana hidup masyarakat peranakan Tionghoa di Jakarta, terkadang
hadir juga teman baiknya A Liuk, A Kong (yang mewakili kaum
totok), dan O Tek (yang mewakili kalangan Tionghoa Belanda). Dari sejak
pertama tampil, hingga tahun 1942, boleh dibilang, Si Put On bisa berkiprah
dengan tanpa kendala. Namun ketika pecah perang, yang berujung pada masuknya
Jepang ke bumi nusantara, Harian Sin Po terpaksa beristirahat. Dan tentu saja
Si Put On harus ikut juga.
Sebelum pecah Perang, sebenarnya banyak
penyuka Si Put On yang mengusulkan agar komik strip itu dibukukan. Namun karena
kacaunya sistem pengarsipan, maka hal itu sulit diwujudkan. Baru setelah ada
usulan itu, usaha-usaha untuk mengarsipkan materi komik Si Put On dilakukan.
Namun belum lagi rencana itu bisa diwujudkan, pecah perang yang berujung pada
masuknya Jepang itu. Maka bubarlah semua file-file itu.
Ketika akhirnya Republik Indonesia memproklamasikan
diri, dan Jepang hengkang, Harian Sin Po kembali diterbitkan. Namun apa daya,
semua file komik Si Put On yang pernah dikumpulkan lenyap tak jelas rimbanya.
Harian Sin Po terbit kembali pada tahun 1946, tapi pada tahun 1958 dibredel.
Maka Si Put On pun harus mencari inang baru. Sayangnya, Si Put On telah
menginduk pada media yang salah, yaitu Majalah Pantjawarna dan Harian
Warta Bhakti yang dikenal berhaluan kiri. Maka ketika pecah peristiwa G30S
PKI, kedua media itu berhenti terbit, dan Si Put On pun turut tenggelam
bersamanya.
Lebih dalam lagi, mari kita berkenalan dengan pencipta Put On, Kho Wang Gie orang yang telah berjasa pada dunia komik Indonesia ini.
Kho Wan Gie lahir di Indramayu, tahun 1908.
Bersama Siauw Tik Kwie ia belajar melukis pada J. Frank dan H. v. Velthuisen.
Pada usia 21 tahun, Kho pergi ke Harian
Sin Po, di Asemka, Jakarta, untuk melamar pekerjaan sebagai
ilustrator. Pimpinan Sin Po saat itu, Ang Jan Goan, langsung menerimanya.
Semenjak ia bekerja di Harian Sin Po itu,
maka lahirlah Si
Put On, yaitu pada 17 Januari 1931. Tak disangka, pemunculan Si Put On ini langsung
merebut hati pembaca Harian Sin Po, sehingga sejak
itu kehadirannya amat dinantikan setiap sore, ketika koran itu terbit. Dan
kalau sampai Si Put On
tidak dimuat, maka akan ramailah kantor Harian Sin Po kedatangan surat yang
mempertanyakan keabsenan Si
Put On.
Ketika Si Put On terbenam bersama Majalah Pantjawarna dan
Harian Warta Bhakti, mau tidak mau Kho Wan Gie pun ikut
terpuruk. Ketika ia tampil kembali, ia menggunakan nama samaran Sopoiku
(siapa
itu) dan melahirkan komik-komik seri, antara lain, Nona A Go-Go, Lemot dan Obud, Agen Rahasia 013 (Bolong Jilu), Dalip dan Dolop, dan Djali Tokcer, dll.
Kho Wan Gie alias Sopoiku meninggal pada Mei
1983 pada usia 76 tahun, di Jakarta. Dan dengan wafatnya sang komikus, maka
berakhir pula riwayat Si Put On yang kemudian berganti-ganti nama di bawah nama komikus Sopoiku.
0 komentar:
Post a Comment