• 1 Project 1
    Suspendisse turpis arcu, dignissim ac laoreet a, condimentum in massa.
  • 2 Project 2
    uisque eget elit quis augue pharetra feugiat.
  • 3 Project 3
    Sed et quam vitae ipsum vulputate varius vitae semper nunc.
  • 4 Project 4
    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit.

FLASHBACK: PUT ON

| |

Jumpa kembali di rubrik flashback, kali ini kita akan bernostalagia dengan Put On. Mungkin di generasi muda sekarang hanya beberapa orang yang tahu Put On ini. 


Put On


Put On yang lahir dari goresan tangan komikus Kho Wan Gie ini, merupakan komik pertama yang dipublikasikan untuk masyarakat luas di Indonesia. Ia terbit dalam koran masyarakat Cina berbahasa Melayu harian Sin Po pada awal tahun 1931. Sejak pemunculannya, Si Put On sudah disukai oleh pembaca Harian Sin Po karena sosoknya yang unik. Ia digambarkan sebagai seorang bujangan gendut dari kalangan kelas menengah, yang lugu dan konyol. Ia tinggal bersama ibunya Nek dan dua adiknya, Tong dan Peng.

Nama Put On berasal dari kata Bun An, yang artinya hiperaktif. Dan nama itu adalah atas saran Ang Jan Goan, Direktur Harian Sin Po saat itu. Si Put On adalah seorang yang selalu ingin jadi pahlawan, sok tau dan merasa bisa melakukan segala hal, tapi akhirnya hanya akan mendapat celaka sebagai akibatnya. Ia memiliki sifat yang mirip dengan Tie Pat Kai (Siluman Babi), yang artinya ya doyan makan, tukang tidur, dan maunya selalu dekat-dekat sama perempuan cantik.

Dalam kisah-kisah Si Put On, yang menggambarkan suasana hidup masyarakat peranakan Tionghoa di Jakarta, terkadang hadir juga teman baiknya A Liuk, A Kong (yang mewakili kaum totok), dan O Tek (yang mewakili kalangan Tionghoa Belanda). Dari sejak pertama tampil, hingga tahun 1942, boleh dibilang, Si Put On bisa berkiprah dengan tanpa kendala. Namun ketika pecah perang, yang berujung pada masuknya Jepang ke bumi nusantara, Harian Sin Po terpaksa beristirahat. Dan tentu saja Si Put On harus ikut juga.

Sebelum pecah Perang, sebenarnya banyak penyuka Si Put On yang mengusulkan agar komik strip itu dibukukan. Namun karena kacaunya sistem pengarsipan, maka hal itu sulit diwujudkan. Baru setelah ada usulan itu, usaha-usaha untuk mengarsipkan materi komik Si Put On dilakukan. Namun belum lagi rencana itu bisa diwujudkan, pecah perang yang berujung pada masuknya Jepang itu. Maka bubarlah semua file-file itu.

Ketika akhirnya Republik Indonesia memproklamasikan diri, dan Jepang hengkang, Harian Sin Po kembali diterbitkan. Namun apa daya, semua file komik Si Put On yang pernah dikumpulkan lenyap tak jelas rimbanya. Harian Sin Po terbit kembali pada tahun 1946, tapi pada tahun 1958 dibredel. Maka Si Put On pun harus mencari inang baru. Sayangnya, Si Put On telah menginduk pada media yang salah, yaitu Majalah Pantjawarna dan Harian Warta Bhakti yang dikenal berhaluan kiri. Maka ketika pecah peristiwa G30S PKI, kedua media itu berhenti terbit, dan Si Put On pun turut tenggelam bersamanya.



Lebih dalam lagi, mari kita berkenalan dengan pencipta Put On, Kho Wang Gie orang yang telah berjasa pada dunia komik Indonesia ini.
Kho Wan Gie lahir di Indramayu, tahun 1908. Bersama Siauw Tik Kwie ia belajar melukis pada J. Frank dan H. v. Velthuisen. Pada usia 21 tahun, Kho pergi ke Harian Sin Po, di Asemka, Jakarta, untuk melamar pekerjaan sebagai ilustrator. Pimpinan Sin Po saat itu, Ang Jan Goan, langsung menerimanya.

Semenjak ia bekerja di Harian Sin Po itu, maka lahirlah Si Put On, yaitu pada 17 Januari 1931. Tak disangka, pemunculan Si Put On ini langsung merebut hati pembaca Harian Sin Po, sehingga sejak itu kehadirannya amat dinantikan setiap sore, ketika koran itu terbit. Dan kalau sampai Si Put On tidak dimuat, maka akan ramailah kantor Harian Sin Po kedatangan surat yang mempertanyakan keabsenan Si Put On.

 Ketika Si Put On terbenam bersama Majalah Pantjawarna dan Harian Warta Bhakti, mau tidak mau Kho Wan Gie pun ikut terpuruk. Ketika ia tampil kembali, ia menggunakan nama samaran Sopoiku (siapa itu) dan melahirkan komik-komik seri, antara lain, Nona A Go-Go, Lemot dan Obud, Agen Rahasia 013 (Bolong Jilu), Dalip dan Dolop, dan Djali Tokcer, dll.

Kho Wan Gie alias Sopoiku meninggal pada Mei 1983 pada usia 76 tahun, di Jakarta. Dan dengan wafatnya sang komikus, maka berakhir pula riwayat Si Put On yang kemudian berganti-ganti nama di bawah nama komikus Sopoiku.

0 komentar:

Post a Comment