• 1 Project 1
    Suspendisse turpis arcu, dignissim ac laoreet a, condimentum in massa.
  • 2 Project 2
    uisque eget elit quis augue pharetra feugiat.
  • 3 Project 3
    Sed et quam vitae ipsum vulputate varius vitae semper nunc.
  • 4 Project 4
    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit.

REVIEW:THE BUTTERFLY INK

| | Comments: (4)
Cover art The Butterfly Ink


Seorang penyihir harus melindungi ksatrianya. Itu peraturan pertama dari perjanjian darah.
Tapi, Mona Floatan membenci ksatrianya, Eam Bealo-putra bangsawan dari keluarga ksatria yang sudah melayani kerajaan sejak lama.
Sudah hampir setengah tahun, kesehariannya di Akdemi Aureole dilalui tanpa pernah bicara lagi dengan Eam, seakan-akan ada tembok besar yang menghalangi.
Padahal tadinya mereka berdua adalah sahabat di masa kecil.
Dan kemudian, tiba-tiba saja, Eam akan pergi menempuh perjalanan yang berbahaya.
Apakah Mona akan tetap diam dan membiarkan dirinya menyesal? Atau dia akan berlari dan kembali bersama ksatrianya?

Penerbit: Koloni
Cerita: Annisa Fadilla Yusuf
Gambar: Wina Oktavia

Sebelumnya saya ingatkan dulu, bagi yang belum membaca, review ini mengandung beberapa spoiler. Selain itu saya berusaha mereview se-obyektif mungkin, kalau ada ketidaksetujuan mari kita bicarakan.

Di antara komik terbitan Koloni bulan januari 2011 saat itu, Butterfly ink mampu berkilau lebih terang dari yang lainnya. Jelas saja dari saat preview di grup Koloni saja, artwork dari caovernya ini membuat semua orang misuh-misuh.
Eits, tapi ingat juga, "Don't judge the book by its cover" juga berlaku bagi komik. Sekarang mari kita bahas setiap aspeknya.

ART
Pertama dari kovernya dulu. Artworknya keren, sampe bikin mau nangis. Penempatan titlenya juga sesuai, tapi agak kurang terbaca. Tidak kalah dengan kovernya yang keren, isi dalamnya juga memanjakan mata anda. bersih, rapi, dan detail!
Wajah karakternya dan proporsinya juga terjaga dengan cukup baik dari awal sampai akhir. Gesture karakternya pun luwes dan sesuai dengan penggambaran tokohnya.
Pakaian setiap tokohnya yang berbau eropa dengan renda-renda itu digambarkan tidak kalah manis dengan wajah karakternya.
Saya pribadi suka dengan desain kostum karakternya yang unik-unik, seperti Mona, Fabian, juga guru akademi Aureole yang berambut panjang itu.
Soal Backgroundnya pun rapi dan detail, perspektifnya pun ga ada yang miss. Walaupun tipe komik roman cewek seperti ini minim background, tapi penggambaranya mampu membuat pembaca memahami setting dan posisi karakter dalam setiap panelnya.
Kekurangannya mungkin dari adegan actionnya yang datar. Intense dalam beberapa adegan pertarungan pedang tidak terasa, terutama pertarungan xeno dengan eam yang ga ada gregetnya.
Dan juga soal penggambaran karakter, wajah dan fisik Xeno, Xerina, dan Eam terlalu susah dibedakan. Juga karakter raja yang terlihat seperti cowok ganteng memakai kumis palsu, jadinya mirip walrus, sepertinya semua karakter di komik ini dipaksa cantik dan cakep semua.

STORY
Masuk ke bagian yang paling vital dari komik, cerita. Genre dari komik ini terlihat jelas, Roman dan drama. Konsep cerita dan setting di Butterfly ink mengambil setting ala eropa dengan bawaan sihir, agaknya sudah overused dengan banyak manga-manga di Jepang.
Namun kelarasan antara genre cerita yang mau dibawakan dengan settingnya disajikan dengan baik. Selain itu konsep perjanjian darah antara ksatria dan penyihir yang menjadi fokus cerita ini ternyata juga cukup menarik.
Beberapa flaw dari cerita komik ini adalah adegan yang agak konyol seperti Eam yang dengan santainya curhat dengan Xeno di depan Mona yang dikiranya sedang tidur. Dan juga latar belakang asal usul karakter Mona kurang diceritakan dengan jelas.

CHARACTER
Karakter yang menjadi fokus pembahasan di apek ini adalah mona, eam, xeno, serina dan fabian. Lainnya masuk karakter pendukung.
Mona Flotan, dia karakter yang agak menyebalkan, kesan kesal karena merasa tidak dibutuhkan yang harusnya muncul dari karakter ini, malah semakin condong ke perasaan iri dengan Eam. Tapi jalinan emosi yang diutarakan cukup manusiawi memang. Cuma latar belakang yang kurang jelas membuat penggambaran karakter kesepiannya tidak lebih seperti anak perantauan yang galau.
Eam Bealo, dia punya karakter yang cool, namun juga bisa dekat ke semua orang. Karakter ini termasuk stabil dan latar belakangnya juga menyentuh. Saya lumayan suka dengan karakter ini. Namun dia behaviournya yang menyenangkan malah kurang bisa membangun karakter mona, malah membuat mona menjadi karakter yang menyebalkan.
Xeno Kyrone, termasuk karakter yang menghidupkan suasana dan saya lumayan suka terhadap wataknya yang bersemangat dan kekonyolannya, dan juga sifat pedo'nya terhadap fabian. Tapi saya agak merasa annoyed saat dia seenaknya melempar eam yang terluka ke mona. Wtf!!?
Serina Kyrone, sebagai saudara kembar Xeno dia juga menjadi karakter yang unik. Watak pemarahnya dan blak-blakan itu membangun cerita menjadi lebih hidup.
Fabian Trevin, karakter penyihir berkelamin unknown dengan fisik anak-anak menjadi salah satu karakter favorit saya di komik ini, karena saya termasuk pedo. Wataknya yang dewasa dan cool itu juga menarik bagi karakter berwajah imut-imut.
Lalu tokoh pendukung yang menonjol antara lain ibu Eam, si cewek tokoh antagonis, dan guru akademi aureole. Tokoh ibu Eam yang berkarakter lemah lembut, tegar dan memberi kebebasan pada anaknya ini menurut saya cukup hidup. Sementara Tokoh Antagonis, si cewek beramput panjang ini  agaknya terlalu datar dan biasa saja. Dan karakter pendukung favorit saya justru guru akademi aureole berambut panjang, wataknya yang terlihat cerdas namun periang itu terlihat menyenangkan, saya berharap karakter ini lebih banyak mendapat jatah.

PLOT
Plot dari The Butterfly Ink ini terjalin lumayan apik. Jalinan naik turun konfliknya yang baik membuat pembaca mudah memahami alur, rentetan waktu dan kejadian dalam cerita.
Namun ada beberapa ketidak sempurnaan alur dalam cerita seperti, saat mona kabur dari kelas dan nekat melompat ke kapal, tiba-tiba saya alur tiap panelnya terlalu cepat dan saya merasa kehilangan gambaran setting dan posisi mona serta teman-temannya. Bahkan saya baru tahu kalau mona itu lompat dari ketinggian menuju flying ship yang dinaiki Eam di chapter berikutnya.
Selain itu juga adegan dimana mona memergoki musuh menyusup kedalam tempat persembunyian mereka, tiba-tiba saja "Ng?", "Hey kalian dengar itu?", "Habisi dia!!". Tidak ada adegan dimana Mona melakukan tindakan yang membuat dia ketahuan, paling tidak contohnya saja yang paling klise, menyenggol vas hingga pecah dan menimbulkan keributan.
Dan juga bebarapa panel aneh menggambarkan si cewek karakter antagonis diam saja melihat anak buahnya mengejar Mona, sementara dia berjalan santai lalu berpose di pinggir lorong.

OVERALL
72/100
Layak, Komik yang layak untuk dibaca. Fine, and good-looking, karakternya menarik, dan ceritanya dapat dinikmati, namun tidak ada yang cukup spesial sehingga komik ini dapat menjadi barisan avant garde perkomikan Indonesia.